Obat
merupakan sarana yang hingga kini digunakan oleh manusia untuk mengurangi dan
menyembuhkan penyakit. Obat digunakan untuk menyimpan bahan-bahan kimia yang
selanjutnya akan disalurkan menuju tubuh pasien, bahan kimia inilah yang akan
bereasksi di dalam tubuh dan memberikan efek terapi terhadap pasien.
Obat-obatan merupakan salah satu aspek kehidupan yang terus mengalami
perkembangan pesat, hal ini merupakan akibat dari munculnya berbagai penyakit
baru yang membutuhkan obat untuk peyembuhan.
Perkembangan
obat saat ini banyak terkonsentrasi pada teknologi nanopartikel, banyak ilmuan
dari berbagai institute penelitian yang berlomba-lomba melakukan penelitian
tentang teknologi nanopartikel dan pemanfaatannya untuk pembuatan obat. Obat
yang menerapkan teknologi nanopartikel terbukti memiliki efisiensi dan
efektivitas yang tinggi terhadap penyembuhan berbagai macam penyakit ( termasuk
kanker, dan penyakit degenerative lainnya) karena distribusi obat yang
mengadopsi teknologi nanopatikel ini bisa lebih luas dan absorbsi obat terjadi
lebih cepat sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai organ target yang
sakit lebih singkat.
Selama ini
penggnaan obat nanopertikel diberikan kepada pasien melalui jalur injeksi atau
suntik. Hal ini dianggap kurang efisien karena menginjeksikan obat tersebut
harus dilakukan oleh petugas berwenang yang telah professional, dengan kata
lain untuk mendapatkan obat tersebut pasien harus mendatangi rumah sakit atau
pusat pelayanan kesehatan terdekat. Dilihat dari farmakoekonominya, Tentunya
hal ini kurang menguntungkan bagi pasien, terlebih lagi untuk mereka yang
disibukkan oleh aktivitas sehari-harinya. Obat-obat yang menggunakan teknologi
nanopartikel ini pada mumnya merupakan obat untuk proses kemoterapi pada
pengobatan kanker atau tumor, dapat juga dignakan untuk menurunkan klesterol
darah dan pengobatan arthritis.
Namun ada
sebuah kabar gembira untuk para pasien, sebuah riset yang dilakukan oleh MIT
dan Brigham and Woman’s Hospital (BWH) telah mengembangkan design baru untuk
obat dengan teknologi nanopartikel ini. Telah tercipta sebuah obat dengan
teknologi nanopartikel yang dapat dikonsumsi secara oral atau diminum secara
langsung. Penemuan baru ini diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pasien untuk
mengkonsumsi obatnya.
Dalam
sebuah jurnal yang terbil pada tanggal 27 Noember 2013 memlalui jurnal edisi
online “ Science Translational Medicine”
para peneliti telah mengujikan obat ini kepada hewan coba berupa tikus. Sediaan
obat ini dimasukkan dalam kapsul yang terbuat dari protein-protein pembentuk
antibody yang akan terbuka ketika berinteraksi atau bersentuhan dengan
permukaan sel penyusun dinding usus halus, sehingga enyebabkan nanopartikel
didalam kapsul dapat diabsorbsi dan masuk menuju peredaran darah. Distribusi
obat dengan cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi efek terapi
yang diberikan obat.
Secara
ekonomis, adanya inovasi obat nanopartikel yang dapat dikonsumsi secara oral
tentunya akan mengurangi biaya pengobatan apabila dilhat secara luas dalam
waktu yang lama, karena waktu yang dibutuhkan untuk datang ke rumah sakit
tidaklah sebentar dan biaya yang dibutuhkan untuk transpotasi meuju rumah sakit
selama proses pengobatan apabila dikalkulasi tidaklah sedikit.
Namun masih
ada beberapa kendala yang dihadapi, diantaranya adalah obat yang dikonsumsi
secara oral diharapkan akan diabsorbsi di dinding usus halus dan masuk ke dalam
pembluh darah, namun pada diding usus halus terdapat lapisan yang disebut
“Tight Junction” yang bersifat impenetrable sehingga menyebabkan obat sukar
untuk menembus lapisan ini. Masih perlu dilakkan berbagai penelitian tentang
teknologi nanopartikel yang diaplikasikan dalam pembuatan sediaan oral.
Sumber jurnal :
E. M. Pridgen, F. Alexis, T. T. Kuo, E. Levy-Nissenbaum, R. Karmik, R.
S. Blimberg, R. Langer, O. C. Farokhozad. Transepithelial Transport of
Fc-Targeted Nanoparticles by the Neonatal Fc Reseptor for Oral Delivery. Science Trnslational Medicine, 2013; 5
(213): 213ra165 DOI: 10.1126/scitranslmed. 3007049
0 komentar:
Posting Komentar